Pendahuluan
Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa semua masalah yang kita hadapi bisa diterima oleh jiwa kita karena Allah yang menciptakannya. Allah memberikan masalah bukan untuk membuat kita terpuruk, melainkan untuk melatih jiwa kita menjadi lebih lapang dan kuat sehingga mampu menghadapi masalah yang lebih besar di masa depan. Beliau menganalogikan hal ini seperti latihan fisik; semakin sering dilatih, semakin kuat.
Hakikat Masalah dan Kelapangan Jiwa
- Masalah adalah Ujian: Hidup ini penuh dengan ujian, baik ujian kenaikan tingkat maupun ujian yang memberikan ketahanan. Berbahagialah jika sedang memiliki masalah karena hakikatnya masalah diberikan untuk memberikan kelapangan pada jiwa.
- Mengingat Masalah yang Lalu: Allah berfirman "Alam Nasyrah Laka Shadrak" yang artinya "Bukankah Kami telah melapangkan dadamu?". Ustadz Adi Hidayat mengajak kita untuk mengingat kembali masalah-masalah berat di masa lalu yang telah berhasil kita atasi dengan pertolongan Allah. Jika masalah-masalah besar dahulu bisa selesai, maka masalah yang sekarang dihadapi pun pasti bisa selesai. Ini memberikan ketenangan psikologis dan membuka jalan bagi solusi.
- Jangan Biarkan Kesusahan Membuat Sempit Hati: Jangan biarkan satu persoalan membuat hati kita sempit dan merasa terbebani, padahal Allah telah menciptakan hati kita lapang. Ingatlah ribuan persoalan yang telah Allah selesaikan dalam hidup kita.
Mengingat Nikmat yang Telah Diberikan
- Allah berfirman "Wa Wadha'na 'Anka Wizrak" yang bermakna bahwa Allah telah mengangkat beban dan kesulitan dari Nabi Muhammad SAW. Kemudian dilanjutkan dengan "Warafa'na Laka Zikrak" yang artinya "Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu".
- Ustadz Adi Hidayat menekankan pentingnya mengingat kembali semua nikmat dan anugerah yang telah Allah berikan kepada kita. Ketika menghadapi satu masalah yang kita anggap sebagai kegagalan, kita cenderung lupa dengan banyaknya nikmat yang telah kita terima, seperti kesehatan, keluarga, harta, dan lain-lain.
- Mensyukuri Nikmat Sebagai Modal Awal: Mengingat dan mensyukuri nikmat yang telah diberikan adalah modal awal untuk melipatgandakan anugerah Allah di masa depan, termasuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Jika kita bersyukur atas apa yang sudah ada, Allah akan menambahkan apa yang belum kita dapatkan.
Optimisme dan Keyakinan akan Solusi
- Allah berfirman "Fa Inna Ma'al Usri Yusra" yang diulang kembali "Inna Ma'al Usri Yusra". Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa ini bukan pengulangan biasa, melainkan penegasan yang lebih kuat bahwa sesungguhnya di dalam setiap kesulitan pasti ada kemudahan.
- Secara psikologis, kita dianjurkan untuk meyakinkan diri dan mengucapkan dengan lisan bahwa setiap masalah pasti ada solusinya dan pasti akan selesai. Keyakinan ini akan memberikan kelapangan pada jiwa.
- Ayat ini menggunakan huruf "Fa" yang menunjukkan hubungan yang cepat dan tanpa jeda antara kesulitan dan kemudahan. Artinya, kemudahan itu pasti datang setelah kesulitan, bahkan di tengah-tengah kesulitan itu sendiri.
Ikhtiar dan Tawakkal
- Allah berfirman "Fa Idza Faraghta Fanshab" yang artinya "Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain)". Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa setelah hati tenang, kita tidak boleh berhenti berusaha dan berikhtiar untuk menyelesaikan persoalan. Ketenangan hati tidak menghilangkan kewajiban kita untuk mencari solusi dengan ilmu dan tenaga.
- Bikin Strategi dan Eksekusi: Setelah tenang, kita perlu mengatur strategi dan mengeksekusinya dengan sungguh-sungguh. Dalam Al-Qur'an, manajemen persoalan disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 214, dan solusinya ada dalam surat Ali Imran ayat 142.
- Kesungguhan (Juhd), Konsep (Ijtihad), dan Implementasi (Jihad): Untuk meraih kesuksesan dan mengatasi masalah, dibutuhkan kesungguhan, perencanaan yang matang (konsep), dan implementasi yang sungguh-sungguh (jihad). Jihad di sini memiliki makna yang luas, bukan hanya peperangan fisik, tetapi juga perjuangan sungguh-sungguh dalam segala aspek kehidupan, termasuk mencari ilmu dan membangun negeri.
- Allah berfirman "Wa Ila Rabbika Farghab" yang memiliki makna "Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya engkau berharap" atau dalam konteks lain "Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya engkau bertawakal". Setelah berikhtiar dengan sungguh-sungguh, kita menyerahkan hasilnya kepada Allah (tawakkal). Hasil akhir adalah hak prerogatif Allah, dan kita tidak boleh kecewa jika hasilnya tidak sesuai dengan harapan kita.
Ketentraman Lebih Berharga dari Harta
- Sebagai penutup, Ustadz Adi Hidayat menyampaikan bahwa ketenangan jiwa (sakinah) itu lebih mahal daripada harta yang kita kejar. Banyak orang kaya yang hidupnya gelisah, sementara ketenangan memberikan kedamaian dalam hidup. Ketenangan (sakinah) hendaknya didahulukan sebelum mengejar cinta kasih yang dibangun atas materi (mawaddah). Ibadah seperti salat dan membaca Al-Qur'an seharusnya memberikan ketenangan dalam hidup.
Kesimpulan
Untuk menghadapi masalah dengan lapang dada dan menemukan kemudahan, kita perlu:
- Meyakini bahwa masalah adalah ujian untuk menguatkan jiwa.
- Mengingat masalah-masalah besar di masa lalu yang telah Allah selesaikan.
- Mengingat dan mensyukuri semua nikmat yang telah Allah berikan.
- Memiliki keyakinan yang kuat bahwa setiap kesulitan pasti ada kemudahan.
- Berusaha dan berikhtiar dengan sungguh-sungguh setelah hati tenang.
- Bertawakkal kepada Allah setelah melakukan semua usaha.
- Mengutamakan ketenangan jiwa dalam menjalani kehidupan.
Dengan mengamalkan prinsip-prinsip ini, diharapkan hidup kita menjadi lebih lapang, tenang, dan dimudahkan dalam menghadapi segala persoalan.